Tidak Usah Kebanyakan Mikir. Just Do It!
Dalam perjalanan karir saya di industri network-marketing, beragam orang dengan berbagai sifat dan latar belakang telah saya temui. Pada saat saya melakukan presentasi bisnis untuk menceritakan kesempatan bisnis network-marketing ke orang-orang tersebut, tanggapan yang saya terima juga bermacam-macam. Banyak yang memberikan tanggapan positif, tidak sedikit juga yang memberikan tanggapan negatif.
Hal di atas sudah merupakan hal yang lumrah dan sudah saya terima sebagai konsekuensi dalam menjalankan bisnis network-marketing. Yang pasti, saya mengerti bahwa untuk mendapatkan income yang tinggi di network-marketing, saya harus memiliki jaringan distributor yang besar dan secara konsisten membukukan omzet penjualan yang relatif tinggi.
Saya selalu mengingatkan kepada distributor-distributor dalam jaringan saya bahwa bonus yang akan mereka terima setiap bulan akan merefleksikan perkembangan jaringan dan omzet jaringan mereka.
Seringkali seorang distributor memiliki kesulitan untuk mem-visualisasi untuk dapat memiliki jaringan network-marketing berjumlah ribuan orang. Saya rasa, hal ini timbul akibat terbiasanya berada dalam paradigma “PENDAPATAN LINIER”.
Di network-marketing, Anda hanya perlu menjiplak dan menduplikasikan hal-hal yang telah dilakukan oleh upline-upline/mentor Anda yang telah sukses dalam mengembangkan jaringan mereka, dengan otomatis Anda akan mencapai kesuksesan juga. Lebih baik lagi, jika Anda dapat memanfaatkan perkembangan teknologi untuk mempermudah dan meng-efisiensi-kan kegiatan-kegiatan tersebut supaya waktu untuk mencapai hasil yang diinginkan dapat dipersingkat.
Daripada Anda bingung dan cemas memikirkan apakah Anda mampu membangun jaringan yang memiliki ribuan distributor dan omzet bulanan yang tinggi, mendingan Anda lakukan saja apa yang diajarkan oleh orang-orang yang telah sukses dalam bisnis network-marketing.
Seperti motto salah satu merek peralatan olah-raga : JUST DO IT!!!
Daripada bingung mikirin caranya, JUST DO IT.
Daripada cemas tentang kemampuan Anda, JUST DO IT.
Daripada merencanakan yang muluk-muluk, JUST DO IT.
Daripada buang waktu, JUST DO IT.
Daripada kebanyakan mengeluh, JUST DO IT.
Daripada kebanyakan mikir, JUST DO IT.
Daripada kebanyakan ngomong, JUST DO IT.
Dengan JUST DO IT, Anda sekaligus belajar dan meningkatkan kemampuan Anda dalam menjalankan bisnis network-marketing. Terapkanlah JUST DO IT secara konsisten, niscaya bisnis network-marketing Anda akan memberikan hasil yang telah anda impikan.
"Feeling grateful or appreciative of someone or something in your life actually attracts more of the things that you appreciate and value into your life."
Jumat, 21 Oktober 2011
Senin, 17 Oktober 2011
Jangan Mimpi Tinggi-tinggi, Nanti Kalau Jatuh, Stress Lu!
Ehmm… gimana pembaca? Pernah mendengar kata-kata seperti judul di atas ini?
“Jangan Mimpi Tinggi-tinggi, Nanti Kalau Jatuh, Stress Lu!”
“Jangan Mimpi Tinggi-tinggi, nanti kalau jatuh, sakit!”
“Udahlah Jangan mimpi muluk-muluk, hidup itu real aja, gak usah neko-neko”
“Jangan mimpi tinggi, jalani hidup apa adanya, seperti air mengalir saja”
Ya, ada banyak kalimat-kalimat kata-kata mutiara (sesat) seperti ini. hehe…
Saya sering dapat kata-kata mutiara sesat yang bunyinya seperti di atas ini, dan biasanya kata-kata mutiara sesat itu berasal dari mulut orang yang hidupnya biasa-biasa saja, orang-orang trauma, orang-orang gagal yang tidak mau menerima kegagalannya dan akhirnya tanpa sadar mau mengajak orang lain gagal. Ya, begitulah kehidupan. Selalu ada orang gagal, selalu ada orang sukses. Pertanyaannya, Anda mau jadi Yang Mana? Kalau anda mau jadi orang sukses, ya Anda mau dengar kata-kata yang mana? Dari mulut orang sukses atau dari mulut orang gagal (trauma)? Kalau mendengarkan kata-kata mutiara sesat, tentunya jadi sesat pula, nanti timbul lagi aliran sesat. haha…
Nah, ngomong-ngomong soal trauma, mari kita belajar dari masa kecil kita… mau tau? Ayo baca lanjut…
Sewaktu masa kecil, ketika lahir dan mulai bertumbuh (ehmmm…salah satu ciri makhluk hidup), seorang bayi belajar jalan. Ia belajar jalan, jatuh dan menangis…. Belajar jalan lagi.. Jatuh lagi, nangisnya tambah kuat… Belajar jalan lagi, Jatuh dan kejeduk meja pula, berdarah, menangis… Begitu kan yang terjadi semasa kecil? Belajar jalan, dimana banyak jatuhnya pula…lebih banyak jatuhnya daripada jalannya… Ya GAK?? BENAR gak? Orang tua membimbing kita untuk terus mencoba :”Ayo anakku yang manis.. Sini..Jalan ke sini, papa tunggu di sini…. Si kecil dibimbing oleh mamanya berjalan dari sisi satu ke sisi lain, dimana di sisi lain papanya menunggu.
Si kecil pun mencoba berjalan lagi, jatuh lagi…tersungkur pula… Jatuh lagi, terjengkang pula… Jalan lagi, merangkak lagi… bangkit lagi, jalan lagi… jatuh lagi, diangkat lagi oleh mamanya, jalan lagi….Gedubrakkkk!!!! Jatuh, menyenggol kursi, Gubrak!!! Kursi menimpa si kecil…si Kecil benjol-benjol… (haha..itu kan masa kecil kita). Apa si kecil STOP? Terus apakah Mamanya bilang :”Udah nak, gak usah jalan lagi. Sudah-sudah, cukup sudah penderitaanmu belajar jalan ini. Sini, mama gendong saja.
MULAI hari ini, kamu gak usah lagi belajar jalan, kasihan kamu anakku..Mukamu yang ganteng itu, jadi benjol-benjol gara-gara belajar jalan…” Apa seperti ini yang diucapkan oleh Mama kita????? “Udah nak, jangan mimpi untuk bisa jalan..?? Sperti ini???? Inikah yang diomongin pada si kecil ketika belajar jalan?????
Gak kan??? Gak seperti itu kan yang benarnya kan???
Si kecil terus dibimbing.. “Ayo anakku, jalan terus ke sini…teriak papanya sambil mengacung-acungkan mainan agar si anak berjalan mendekat kepadanya.. Si kecil yang jatuh tadi, bangkit lagi, jalan lagi, jalan perlahan, megal megol, terus jalan lagi.. jalan lagi…
AHAAA… akhirnya, sampailah si kecil di rangkulan papanya..
“MMuachhhhh….. “cium papanya pada mamanya… eh, salah… pada si kecil….
Papanya menggendong si kecil…”Kamu hebat anakku”
Papanya menggendong senang. Anaknya sudah mulai bisa berjalan. Walau harus
jatuh dan bangkit lagi, berulang kali, puluhan kali, bahkan ratusan kali.
Dari survey, anak mengalami 300an kali jatuh dan bangkit lagi dalam belajar jalan, agar bisa berjalan normal.
Loh???!! Kenapa sudah menjadi besar, ketika sudah bersekolah, tamat kuliah, lantas menjalani kehidupan, ngomong :
“jangan mimpi tinggi-tinggi, nanti kalau jatuh, sakit!!”
Mana yang benar??? Kok tambah umur, jadi tambah penakut??? Tambah tua, jadi tambah “bijaksana”? (makin bisa cuma komentar aja)..
Ketika si kecil belajar jalan, terus jatuh. apakah sebagai orang tua bilang sperti ni: “Udah anakku… Gak usah belajar jalan lagi. Kasihan kamu, benjol-benjol. Berdarah bibirmu kejeduk meja. Ini semua gara-gara belajar jalan. Mulai hari ini, kamu gak usah belajar jalan lagi, Mama akan selalu gendong kamu. Kemanapun kamu pergi, mama kan selalu menggendongmu. Mama sayang kamu.. Mama gak mau kamu terluka gara-gara belajar jalan..”
Duhhh…. gimana kalau banyak orang tua bilang seperti di atas pada anaknya yang masih belajar jalan? Bisa banyak orang lumpuh sejak kecil…Bisa banyak orang digendong sampai tua. Hahaha…
Nah, bagaimana dengan kehidupan? Bagaimana dengan berbisnis?
Ketika berbisnis jatuh, apa terus jadi trauma? Ketika bisnis jatuh, lantas tidak bangun-bangun lagi… bahaya kalau seperti itu.. Ada banyak kelumpuhan bisnis.
Ujung-ujungnya semua orang kerja. LOHH!! Kalau semua orang kerja, lantas kerja sama siapa? Wong, bisnisnya gak ada, semua orang trauma berbisnis, semua orang takut untuk memulai bisnis, semua orang gak ada yang bangun bisnis, gara-gara kata mutiara sesat itu.. Haha… Terus orang kerja nanti kerja dimana? Perusahaan gak ada karena semua orang memilih kerja… Aneh gak kalau kehidupan seperti itu??? Aneh gak???? Ayo orang-orang trauma bisnis….
Ayo jawab… Aneh gak????!!! Apa masih mau terus trauma??? Emang Trauma gitu dapat duit berapa? Dapat penghasilan berapa dari Traumanya?? Dapat Passive Income dari Trauma? Jangan donk menebarkan virus trauma sama lingkungan. Ngomong-ngomong, virus trauma itu sejenis virus apa ya? Virus A1? Kayak virus flu burung? Kayak virus flu babi? Udahlah, stop traumanya… Mau tau caranya stop Trauma? (sebetulnya sih, stelah baca artikel saya ini, harusnya sudah stop trauma, kan sudah tersinggung, haha…),…
“Jangan Mimpi Tinggi-tinggi, Nanti Kalau Jatuh, Stress Lu!”
“Jangan Mimpi Tinggi-tinggi, nanti kalau jatuh, sakit!”
“Udahlah Jangan mimpi muluk-muluk, hidup itu real aja, gak usah neko-neko”
“Jangan mimpi tinggi, jalani hidup apa adanya, seperti air mengalir saja”
Ya, ada banyak kalimat-kalimat kata-kata mutiara (sesat) seperti ini. hehe…
Saya sering dapat kata-kata mutiara sesat yang bunyinya seperti di atas ini, dan biasanya kata-kata mutiara sesat itu berasal dari mulut orang yang hidupnya biasa-biasa saja, orang-orang trauma, orang-orang gagal yang tidak mau menerima kegagalannya dan akhirnya tanpa sadar mau mengajak orang lain gagal. Ya, begitulah kehidupan. Selalu ada orang gagal, selalu ada orang sukses. Pertanyaannya, Anda mau jadi Yang Mana? Kalau anda mau jadi orang sukses, ya Anda mau dengar kata-kata yang mana? Dari mulut orang sukses atau dari mulut orang gagal (trauma)? Kalau mendengarkan kata-kata mutiara sesat, tentunya jadi sesat pula, nanti timbul lagi aliran sesat. haha…
Nah, ngomong-ngomong soal trauma, mari kita belajar dari masa kecil kita… mau tau? Ayo baca lanjut…
Sewaktu masa kecil, ketika lahir dan mulai bertumbuh (ehmmm…salah satu ciri makhluk hidup), seorang bayi belajar jalan. Ia belajar jalan, jatuh dan menangis…. Belajar jalan lagi.. Jatuh lagi, nangisnya tambah kuat… Belajar jalan lagi, Jatuh dan kejeduk meja pula, berdarah, menangis… Begitu kan yang terjadi semasa kecil? Belajar jalan, dimana banyak jatuhnya pula…lebih banyak jatuhnya daripada jalannya… Ya GAK?? BENAR gak? Orang tua membimbing kita untuk terus mencoba :”Ayo anakku yang manis.. Sini..Jalan ke sini, papa tunggu di sini…. Si kecil dibimbing oleh mamanya berjalan dari sisi satu ke sisi lain, dimana di sisi lain papanya menunggu.
Si kecil pun mencoba berjalan lagi, jatuh lagi…tersungkur pula… Jatuh lagi, terjengkang pula… Jalan lagi, merangkak lagi… bangkit lagi, jalan lagi… jatuh lagi, diangkat lagi oleh mamanya, jalan lagi….Gedubrakkkk!!!! Jatuh, menyenggol kursi, Gubrak!!! Kursi menimpa si kecil…si Kecil benjol-benjol… (haha..itu kan masa kecil kita). Apa si kecil STOP? Terus apakah Mamanya bilang :”Udah nak, gak usah jalan lagi. Sudah-sudah, cukup sudah penderitaanmu belajar jalan ini. Sini, mama gendong saja.
MULAI hari ini, kamu gak usah lagi belajar jalan, kasihan kamu anakku..Mukamu yang ganteng itu, jadi benjol-benjol gara-gara belajar jalan…” Apa seperti ini yang diucapkan oleh Mama kita????? “Udah nak, jangan mimpi untuk bisa jalan..?? Sperti ini???? Inikah yang diomongin pada si kecil ketika belajar jalan?????
Gak kan??? Gak seperti itu kan yang benarnya kan???
Si kecil terus dibimbing.. “Ayo anakku, jalan terus ke sini…teriak papanya sambil mengacung-acungkan mainan agar si anak berjalan mendekat kepadanya.. Si kecil yang jatuh tadi, bangkit lagi, jalan lagi, jalan perlahan, megal megol, terus jalan lagi.. jalan lagi…
AHAAA… akhirnya, sampailah si kecil di rangkulan papanya..
“MMuachhhhh….. “cium papanya pada mamanya… eh, salah… pada si kecil….
Papanya menggendong si kecil…”Kamu hebat anakku”
Papanya menggendong senang. Anaknya sudah mulai bisa berjalan. Walau harus
jatuh dan bangkit lagi, berulang kali, puluhan kali, bahkan ratusan kali.
Dari survey, anak mengalami 300an kali jatuh dan bangkit lagi dalam belajar jalan, agar bisa berjalan normal.
Loh???!! Kenapa sudah menjadi besar, ketika sudah bersekolah, tamat kuliah, lantas menjalani kehidupan, ngomong :
“jangan mimpi tinggi-tinggi, nanti kalau jatuh, sakit!!”
Mana yang benar??? Kok tambah umur, jadi tambah penakut??? Tambah tua, jadi tambah “bijaksana”? (makin bisa cuma komentar aja)..
Ketika si kecil belajar jalan, terus jatuh. apakah sebagai orang tua bilang sperti ni: “Udah anakku… Gak usah belajar jalan lagi. Kasihan kamu, benjol-benjol. Berdarah bibirmu kejeduk meja. Ini semua gara-gara belajar jalan. Mulai hari ini, kamu gak usah belajar jalan lagi, Mama akan selalu gendong kamu. Kemanapun kamu pergi, mama kan selalu menggendongmu. Mama sayang kamu.. Mama gak mau kamu terluka gara-gara belajar jalan..”
Duhhh…. gimana kalau banyak orang tua bilang seperti di atas pada anaknya yang masih belajar jalan? Bisa banyak orang lumpuh sejak kecil…Bisa banyak orang digendong sampai tua. Hahaha…
Nah, bagaimana dengan kehidupan? Bagaimana dengan berbisnis?
Ketika berbisnis jatuh, apa terus jadi trauma? Ketika bisnis jatuh, lantas tidak bangun-bangun lagi… bahaya kalau seperti itu.. Ada banyak kelumpuhan bisnis.
Ujung-ujungnya semua orang kerja. LOHH!! Kalau semua orang kerja, lantas kerja sama siapa? Wong, bisnisnya gak ada, semua orang trauma berbisnis, semua orang takut untuk memulai bisnis, semua orang gak ada yang bangun bisnis, gara-gara kata mutiara sesat itu.. Haha… Terus orang kerja nanti kerja dimana? Perusahaan gak ada karena semua orang memilih kerja… Aneh gak kalau kehidupan seperti itu??? Aneh gak???? Ayo orang-orang trauma bisnis….
Ayo jawab… Aneh gak????!!! Apa masih mau terus trauma??? Emang Trauma gitu dapat duit berapa? Dapat penghasilan berapa dari Traumanya?? Dapat Passive Income dari Trauma? Jangan donk menebarkan virus trauma sama lingkungan. Ngomong-ngomong, virus trauma itu sejenis virus apa ya? Virus A1? Kayak virus flu burung? Kayak virus flu babi? Udahlah, stop traumanya… Mau tau caranya stop Trauma? (sebetulnya sih, stelah baca artikel saya ini, harusnya sudah stop trauma, kan sudah tersinggung, haha…),…
Tips Mengatasi Rasa Malas
Tiga Tips untuk Menghindari Kemalasan
Rasanya banyak diantara kita yang punya “penyakit” suka menunda-nunda pekerjaan. Penyakit ini, yang sebetulnya adalah kebiasaan, seringkali disebabkan karena kita malas mengerjakan sesuatu. Malas bangun dari tempat tidur, malas pergi olahraga, malas menyelesaikan tugas kantor, dll.Menurut penelitian, kebiasaan malas merupakan penyakit mental yang timbul karena kita takut menghadapi konsekuensi masa depan. Yang dimaksud dengan masa depan ini bukan hanya satu atau dua tahun kedepan tetapi satu atau dua menit dari sekarang. Contohnya saja ketika Anda malas dari bangun, Anda akan berkata dalam hati: “Satu menit lagi saya akan bangun”, tetapi kenyataannya barangkali Anda akan berlama-lama di tempat tidur sampai akhirnya memang waktunya tiba untuk siap-siap pergi ke kantor.
Kebiasaan malas timbul karena kita cenderung mengaitkan masa depan dengan persepsi negatif. Anda menunda-nunda pekerjaan karena cenderung membayangkan setumpuk tugas yang harus dilakukan di kantor. Belum lagi berhubungan dengan orang-orang yang Anda tidak sukai, misalnya.
Sayangnya, menunda-nunda pekerjaan pada akhirnya akan mengundang stress karena mau tidak mau satu saat Anda harus mengerjakannya. Di waktu yang sama Anda juga mungkin punya banyak pekerjaan lain.
Dalam beberapa hal, Anda pun mungkin akan kehilangan momen untuk berkembang ketika Anda mengatakan “tidak” terhadap sebuah kesempatan –Anda malas bertindak karena bayangan negatif tentang hal-hal yang memberatkan didepan.
Di artikel ini saya ingin memberikan beberapa tips untuk mengatasi rasa malas. Tips ini bisa Anda praktekkan di tempat kerja ataupun lingkungan keluarga:
Ganti “Kapan Selesainya” dengan “Saya Mulai Sekarang”
Apabila Anda dihadapkan pada satu tugas besar atau proyek, Anda sebaiknya JANGAN berpikir mengenai rumitnya tugas tersebut dan membayangkan kapan bisa diselesaikan. Sebaliknya, fokuslah pada pikiran positif dengan membagi tugas besar tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan menyelesaikannya satu demi satu.
Katakan setiap kali Anda bekerja: “Saya mulai sekarang”.
Cara pandang ini akan menghindarkan Anda dari perasaan terbebani, stress, dan kesulitan. Anda membuat sederhana tugas didepan Anda dengan bertindak positif. Fokus Anda hanya pada satu hal pada satu waktu, bukan banyak hal pada saat yang sama.
Ganti “Saya Harus” dengan “Saya Ingin”
Berpikir bahwa Anda harus mengerjakan sesuatu secara otomatis akan mengundang perasaan terbebani dan Anda menjadi malas mengerjakannya. Anda akan mencari seribu alasan untuk menghindari tugas tersebut.
Satu tip yang bisa Anda gunakan adalah mengganti “saya harus mengerjakannya” dengan “saya ingin mengerjakannya”. Cara pikir seperti ini akan menghilangkan mental blok dengan menerima bahwa Anda tidak harus melakukan pekerjaan yang Anda tidak mau.
Anda mau mengerjakan tugas karena memang Anda ingin mengerjakannya, bukan karena paksaan pihak lain. Anda selalu punya pilihan dalam kehidupan ini. Tentunya pilihan Anda sebaiknya dibuat dengan sadar dan tidak merugikan orang lain. Intinya adalah tidak ada seorang pun di dunia ini yang memaksa Anda melakukan apa saja yang Anda tidak mau lakukan.
Anda Bukan Manusia Sempurna
Berpikir bahwa Anda harus menyelesaikan pekerjaan sesempurna mungkin akan membawa Anda dalam kondisi mental tertekan. Akibatnya Anda mungkin akan malas memulainya. Anda harus bisa menerima bahwa Anda pun bisa berbuat salah dan tidak semua harus sempurna.
Dalam konteks pekerjaan, Anda punya kesempatan untuk melakukan perbaikan berulang kali. Anda selalu bisa negosiasi dengan boss Anda untuk meminta waktu tambahan dengan alasan yang masuk akal. Mulai pekerjaan dari hal yang kecil dan sederhana, kemudian tingkatkan seiring dengan waktu. Berpikir bahwa pekerjaan harus diselesaikan secara sempurna akan membuat Anda memandang pekerjaan tersebut dari hal yang besar dan rumit.
Saya harap tulisan ini berguna. Kemalasan merupakan sesuatu yang normal dalam hidup Anda. Karena dia normal maka dia pun bisa diatasi. Tiga tips diatas bisa menjadi awal untuk berpikir dan bertindak berbeda dari biasanya sehingga Anda tidak menyia-nyiakan kesempatan yang datang hanya karena malas mengerjakannya.
Langganan:
Postingan (Atom)