Selasa, 24 September 2013

Berawal dari Sebuah Sapaan (Senyum, Salam, Sapa)

Cerita Motivasi Kali ini saya akan menceritakan tentang sebuah kisah yang cukup sederhana, Berawal dari Sebuah Sapaan. Ini adalah cerita motivasi singkat dari salah satu sahabatku, sebut saja Bunga (bukan nama sebenarnya). Dia menceritakan sebuah pengalaman menarik tentang sahabatnya yang “selalu” mendapatkan keberuntungan. Aku merasa sedikit heran, mengapa dia selalu beruntung? Demi menghilangkan rasa penasaran dan kegelisahan, maka cobalah sobat ikuti cerita singkat berikut ini.

"Ga usah" jawaban bersahabat dari seorang kenek bis kota kampus itu terus terang menghadirkan tanda tanya dalam hatiku, "kenapa dia tidak mau menerima ongkos itu ?". Turun di terminal, sobatku yang talkactive itu memulai aksi yang baru, menghampiri gerobak pedagang air tebu.

Bapak itu buru-buru menyodorkan segelas air tebu es kepadanya, padahal dia belum meminta. Rupanya si bapak sudah melihat kedatangannya dari jauh. Bukan hari ini saja, seakan-akan setiap hari selalu ada orang baik untuknya.

Kemaren, ketika dia asyik berceloteh dengan teman-teman sewaktu jam istirahat, seorang ibu yang biasa mengusung dagangannya dari blok ke blok kelas kuliah memanggilnya. Dengan gembira dia kembali, "nih satu buat kamu" sambil membawa dua bungkus tahu isi, "dikasih si Ibu" lanjutnya sambil tersenyum kepada si Ibu yang juga tersenyum dengan bahagia.

Belum lagi, minggu yang lalu dia sukses memindahkan sepiring sate dosen ke tangannya. Aku berusaha sekuat tenaga menyibak kekuatan yang dimilikinya. Sobatku itu seorang yang sederhana, tidak kaya, tidak cantik, tidak terlalu berprestasi. Hanya satu kelebihannya yang tidak dimiliki orang lain. Ya .. aku mulai menyadari. Kelebihan itu juga tidak ada padaku.

Dia sangat hobby menyapa orang lain yang berlanjut dengan obrolan. Anehnya, dia tidak pernah kehabisan bahan. Dari terminal sampai kampus, sang kenek seakan mendapat tambahan semangat ketika dia ajak ngobrol. Begitu juga wajah pedagang tebu ketika dia bertanya tentang keadaan isteri dan anak-anaknya. Aha ! aku juga baru tahu kenapa si ibu rela memberikan tahu cuma-cuma untuknya.

Karena sifatnya yang ramah, dia tidak saja punya teman sesama fakultas, tapi juga dari fakultas lainnya. Merekalah yang "dipaksa"nya untuk membeli dagangan si ibu.

Masih dengan rasa penasaran, kucoba bertanya kepada kenek bis yang selalu memberi gratisan kepadanya "ga rugi tuh ?". Sungguh terperanjat aku mendengar jawaban kenek itu "Wah, ga sebanding mba’ dengan jajan yang selalu diberinya untukku".

Aku tidak mencoba bertanya lebih jauh kepada pedagang air tebu, karena aku sudah menemukan jawabannya. Seperti kata seorang guru "Orang mendapatkan bukan dari apa yang dimintanya tapi dari apa yang diberikannya." Yah, sobatku melakukannya dengan tulus dan suka cita. Keramahtamahan dan kemuliaan budinya langsung dibalas Allah lewat kasih sayang hamba-hamba-Nya yang lain. Semuanya berawal dari sebuah sapaan.

Sobat, sebenarnya untuk mendapatkan kebahagiaan tidaklah sesulit yang dibayangkan. Orang selalu berfikir dengan memiliki banyak harta, pasti gembira dan bahagia, sehingga kita berlomba menumpuk sebanyak-banyaknya harta. Tetapi ternyata untuk memperoleh kegembiraan dan kebahagiaan, bukan resep itu yang paling mujarab, tetapi cukup dengan tidak serakah dan memiliki harta secukupnya saja. Namun perbanyaklah untuk saling sapa dan beramahtamahlah dalam pergaulan.

Tidak ada komentar: