Senin, 11 Agustus 2014

BAGIAN 1 : FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEGAGALAN PESERTA BISNIS MLM

Pada dasarnya seluruh peserta bisnis MLM memiliki mimpi untuk sukses dan memiliki kehidupan yang lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Akan tetapi pada umumnya bukannya memperoleh sukses malah kehidupannya yang justru jauh lebih buruk dibandingkan sebelum bergabung di bisnis MLM.
Cerita-cerita kegagalan itulah yang akhirnya mengakibatkan citra bisnis MLM menjadi buruk di mata masyarakat. Padahal MLM hanyalah salah satu variasi dari teknik pemasaran suatu barang/jasa dari produsen ke tangan konsumen. Bahkan sebenarnya jika dibandingkan dengan sistem pemasaran konvensional sistem pemasaran melalui MLM mempunyai banyak kelebihan, antara lain menciptakan pemerataan kesempatan berusaha bagi lebih banyak orang dibanding sistem konvensional yang hanya menguntungkan beberapa gelintir orang yang mempunyai modal besar saja.
Jika saja anda tahu seluk beluk MLM secara lebih mendalam, anda akan tahu cara menghindari kegagalan yang dialami banyak orang dan sebaliknya anda justru akan bisa memetik kesuksesan di bisnis MLM ini. Sehingga anda akan setuju bahwa bisnis MLM bukanlah suatu sistem pemasaran yang mempunyai citra negatif.
Di sini akan dijelaskan faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan dalam menjalankan bisnis MLM dan sekaligus tips bagaimana memilih sebuah perusahaan MLM yang benar.

1. JANJI DAN IMING-IMING KEMEWAHAN PADA TAHAP AWAL MENJADI ANGGOTA
Pada umumnya kebanyakan bisnis MLM menawarkan berbagai janji bagi calon anggotanya. Janji dan iming-iming kemewahan inilah yang pada tahap awal dilakukan untuk mempengaruhi anggota baru dan calon anggota, seolah-olah semua kemewahan tersebut akan sangat cepat dan mudah untuk diperoleh. Padahal pada kenyataannya semua kemewahan tersebut adalah hasil akhir yang untuk memperolehnya harus melalui proses yang lama dan melelahkan
Berikut adalah contoh iming-iming atau motivasi yang umumnya diberikan oleh perusahaan MLM kepada calon anggotanya. Pada awalnya hal-hal tersebut tampak sangat menjanjikan dan mudah untuk dicapai, namun seiring waktu apa yang tampaknya mudah tersebut ternyata sulit untuk dilaksanakan. 

A. Sistem Peringkat Di Perusahaan MLM
Hampir di semua perusahaan MLM memiliki sistem peringkat, dimana semakin tinggi peringkat seorang anggota akan semakin besar persentasi bonus yang akan diperoleh dari total omzet anggota bersangkutan. Kelihatannya peringkat tersebut akan sangat menguntungkan seorang anggota akan tetapi jika kita simak lebih mendalam sebenarnya peringkat tersebut adalah kerugian bagi anggota dengan memperhatikan syarat kenaikan peringkat di perusahaan MLM misalnya: 
1.      Memiliki minimal dua grup dibawahnya sama peringkatnya dengan anggota bersangkutan
2.      Memiliki total nilai poin tertentu sesuai dengan yang telah disyaratkan minimal dua grup dibawahnya
3.      Memiliki total nilai poin grup lain selain dua grup utama yang disebut dengan side volume
4.      Melakukan tutup poin sesuai dengan yang telah disyaratkan 
Jika salah satu dari syarat tersebut tidak dapat dipenuhi maka anggota bersangkutan tidak akan naik peringkat. Syarat-syarat tersebut akan memungkinkan terjadinya peringkat downline sama peringkatnya dengan upline/sponsor yang sering disebut dengan istilah "BREAK PERINGKAT" yang akan mengakibatkan: 
1.      Persentasi bonus upline yang sama peringkatnya dengan downline menjadi nol persen, atau maksimal hanya 1% (bonus upline turun drastis)
2.      Biaya operasional jaringan semakin besar seiring pertumbuhan jaringan akan menyulitkan upline mengembangkan dan membantu seluruh jaringan
3.      Upline akan frustasi dengan bisnisnya dan ada kemungkinan menjadi berhenti padahal sudah sangat banyak hal yang telah diinvestasikan seperti uang dan waktu
4.      Downline yang telah dibantu oleh upline dari tahap awal membangun bisnis jaringan sampai terjadi break peringkat dengan kejujuran & integritas menjadi ancaman bagi perkembangan penghasilan & bisnis uplinenya 
Di dalam bisnis jaringan, untuk tetap menjaga pertumbuhan dan perkembangan minimal dua jaringan tetap sama adalah pekerjaan yang paling sulit maka kemungkinan untuk mengalami Break Peringkat adalah sangat besar.
Break Peringkat adalah yang paling dihindari dan ditakuti oleh seluruh upline. Umumnya untuk menghindari terjadinya Break Peringkat pada dirinya seorang peserta bisnis MLM justru terjebak melakukan beberapa langkah salah sbb: 
1.      Membeli poin grup yang terlambat perkembangannya dengan harapan akan memperoleh bonus yang lebih besar seiring dengan naiknya peringkat. Biaya membeli poin lebih besar dari bonus yang diperoleh.
2.      Tidak mau membantu pengembangan grup jaringan yang sangat cepat berkembang. Mengakibatkan upline kehilangan integritas dan komitmen sebagai pemimpin, padahal dalam bisnis jaringan kedua hal tersebut adalah hal yang paling penting
3.      Menunda posting anggota anggota baru di grup yang cepat perkembangannya

Saran :
Jauh lebih baik untuk bergabung di sebuah perusahaan MLM yang tidak memiliki peringkat, dimana perhitungan bonus dilakukan dengan persentasi total omzet setiap grup tanpa ada parameterperingkat, sehingga downline tidak menjadi ancaman bagi penghasilan upline.

B. Sistem Reward Di Perusahaan MLM
Sistem Reward adalah impian atau motivasi yang dibangun oleh perusahaan MLM kepada setiap anggota sebagai sebuah tujuan, seolah-olah sangat mudah utuk memperolehnya. Sebenarnya jika diteliti lebih cermat, reward bukanlah keuntungan bagi anggota. Untuk memahami alasannya perhatikan syarat untuk memperoleh reward berikut: 
1.      Memiliki peringkat tertentu sesuai dengan syarat reward
2.      Memiliki minimal peringkat dua downline dengan grup yang berbeda sama dengan upline sesuai dengan syarat
3.      Memiliki total omzet minimal dari dua grup yang berbeda sesuai dengan syarat
4.      Memiliki side volume dengan jumlah tertentu sesuai dengan syarat
5.      Harus melakukan tutup point dengan jumlah tertentu 
Jika salah satu dari syarat tidak dipenuhi maka anggota tidak akan memperoleh reward.
Beberapa hal tentang reward yang harus diketahui oleh peserta bisnis MLM 
1.      Reward sebenarnya bukan hadiah dari perusahaan tetapi adalah bagian dari bonus-bonus anggota yang ditunda pembayarannya oleh perusahaan sampai memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan. Dengan demikian reward adalah bonus (hak) anggota yang pembayarannya ditunda (ditabung) atau biasa disebut sebagai “bonus tunda”
2.      Peserta MLM lebih membutuhkan bonus cash dari pada bonus tunda, karena sebenarnya hampir seluruh peserta MLM mengalami kesulitan keuangan setiap bulan karena kebutuhan lebih besar dari penghasilan. Itu sebabnya mereka menjalankan bisnis MLM untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
3.      Reward adalah hasil akhir dimana untuk memperolehnya diperlukan modal waktu yang lama dan uang yang cukup besar.
4.      Reward akan memberikan peluang kepada perusahaan MLM untuk menetapkan berbagai syarat yang memberatkan anggotanya yang tidak diberitahu secara transparan pada tahap awal.
5.      Peserta bisnis MLM yang sudah hampir mencapai syarat reward tetapi karena satu dan lain hal tidak sanggup lagi untuk meneruskan bisnisnya maka bonus tunda tersebut menjadi milik perusahaan (hangus). 
Saran:
Jauh lebih baik bagi calon peserta bisnis MLM bergabung di sebuah perusahaan MLM yang membayar semua bonus membernya dengan uang tunai (cash bonus) agar seluruh mereka bisa memenuhi kebutuhan hidup dan biaya pengembangan jaringan. Jika peserta bisnis MLM telah memiliki uang tunai lebih maka mereka sebenarnya lebih mengetahui untuk apa uang itu akan dipergunakan untuk keperluan pribadinya. Jadi bukan ditentukan oleh perusahaan MLM seperti membeli mobil mewah yang belum tentu merek dan modelnya cocok dengan keinginan anggota.

C. Passive Income Dan Bonus Sharing Di Perusahaan MLM
Sama seperti Sistem Reward, Passive Income dan Bonus Sharing inilah yang selalu di gembar-gemborkan oleh perusahaan MLM kepada seluruh masyarakat dan calon anggotanya dimana seolah-olah tanpa bekerja akan memperoleh bonus. Sebenarnya hal tersebut tidak benar karena tidak mungkin ada bonus tanpa ada omzet. Perhatikan syarat untuk memperoleh pasif income dan bonus sharing yang dijanjikan oleh perusahaan MLM 
1.      Memiliki peringkat sesuai dengan syarat
2.      Memiiiki minimal total omzet sesuai syarat
3.      Harus melakukan tutup poin 
Beberapa hal yang harus diketahui mengenai Bonus Sharing dan Passive Income: 
1.      Jika tidak ada omzet perusahaan maka tidak mungkin perusahaan mampu membayar bonus.
2.      Bonus Sharing adalah hasil akhir dimana untuk memperolehnya dibutuhkan investasi waktu yang lama dan uang yang sangat besar. Dan bonus tersebut tidak otomatis diterima jika tidak memenuhi syarat yang ditentukan setiap bulan.
3.      Perhitungan Bonus Sharing sangat rumit, dimana salah satu parameter perhitungannya adalah omzet perusahaan yang hanya diketahui oleh perusahaan bersangkutan.

Saran :
Jangan pernah bergabung menjadi anggota perusahaan MLM yang menjanjikan Bonus Sharing dan Passive Income, karena sebenarnya untuk mendapatkan kedua bonus tersebut sangatlah sulit.

2. MARKETING PLAN YANG BERPIHAK KEPADA PENGUSAHA MLM
Faktor yang ke-dua yang membuat kegagalan anggota MLM adalah akibat pengusaha menciptakan sistem Marketing Plan yang berpihak kepada pengusaha MLM. Jadi mereka lebih berorientasi kepada keuntungan perusahaan daripada kepada kesejahteraan anggotanya. 
Beberapa ciri Marketing Plan yang berpihak kepada pengusaha MLM adalah: 
A. Pembayaran Bonus Anggota Yang Terlalu Lama
Rata-rata penghasilan masyarakat Indonesia lebih kecil daripada kebutuhannya.


Sebenarnya masyarakat tidak memiliki cukup uang untuk berinvestasi awal dalam pengembangan jaringan, akan tetapi karena iming-iming kemewahan pada tahap awal dimana seolah-olah kemewahan tersebut sangat mudah dan cepat untuk diperoleh maka mereka berani melakukan pinjaman-pinjaman untuk membiayai operasional pengembangan jaringan selama lebih kurang 55 hari sebelum memperoleh bonus.


Sistem pembayaran bonus yang lama ini yang menyebabkan banyak orang yang tidak bisa bertahan pada saat-saat awal membangun bisnis jaringan mereka. Berikut ini bagaimana arus kas seorang peserta bisnis MLM dalam 3 bulan pertama mereka mengikuti bisnis MLM.

Gambaran perincian pengeluaran biaya operasional anggota setiap bulan
Pada bulan I
·     Pendaftaran + pembelian produk Rp 300,000
·     Tutup poin Rp 350,000 (jika tidak tutup poin maka anggota tidak memperoleh bonus meskipun memiliki omzet)
·     Biaya operasional setiap hari dalam melakukan aktifitas sebagai anggota rata-rata Rp 10,000. Total biaya selama 55 hari sebelum anggota memperoleh bonus sebesar Rp 550,000, maka total biaya operasional sebesar Rp 1,200,000,
·     Pada akhir bulan berikutnya anggota memperoleh bonus Rp 100,000
·     Anggota mengalami kerugian sebesar Rp 1.100,000
Pada bulan II
·     Biaya operasional sama dengan bulan I yaitu sebesar Rp 1,200,000
·     Anggota menerima peningkatan bonus menjadi Rp 150,000 karena jaringan sudah mulai berkembang
·     Anggota mengalami kerugian Rp 1,050,000
Pada bulan III
·     Biaya operasional naik menjadi Rp 1,500,000 karena jaringan sudah mulai berkembang
·     Bonus anggota naik menjadi Rp Rp 250,000
·     Anggota mengalami kerugian sebesar Rp 1,250,000
Dalam tiga tahap di atas, seorang peserta bisnis di perusahaan MLM telah mengalami total kerugian sebesar:

Kerugian pada bulan I
Rp 1,100,000
Kerugian pada bulan II
Rp 1,050,000
Kerugian pada bulan III
Rp 1,250,000
Total kerugian sebesar
Rp 3,400,000

Peserta bisnis MLM tersebut selama tiga bulan mau menjalani bisnis MLM dengan mengalami kerugian karena dijanjikan kemewahan-kemewahan. Namun pada tiga bulan pertama bisnisnya mereka baru menyadari bahwa untuk memperoleh semua kemewahan tersebut harus memiliki modal keuangan yang cukup kuat.
Selama tiga bulan pertama menjalankan bisnisnya, peserta bisnis MLM menjadi salesmen dengan menjual produk-produk hasil Tutup Poin untuk menutupi kebutuhan dan kerugian. Selanjutnya anggota berhenti dan berpikir bahwa bisnis MLM adalah bisnis pembohongan. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah sistem pembayaran bonus tersebut tidak cocok dengan kondisi ekonomi masyarakat Indonesia pada umumnya dan semua kemewahan tersebut adalah merupakan hasil akhir. 
Saran:
Dalam kondisi penghasilan lebih kecil daripada pengeluaran maka pembayaran yang terlalu lama tidak cocok untuk mayoritas masyarakat Indonesia.

B. Tutup Poin
Salah satu faktor kegagalan utama anggota MLM adalah aturan Tutup Poin. Pengertian Tutup Poin adalah
1.      Tutup Poin adalah salah satu aturan yang ditetapkan oleh perusahaan bagi anggotanya untuk melakukan belanja ulang secara wajib. Terlepas apakah mereka mempunyai uang untuk melakukan belanja ulang tersebut atau tidak.
2.      Tutup Poin menjadi salah satu syarat untuk memperoleh bonus. Berapapun omzet seorang anggota bisnis MLM bonusnya tidak dibayarkan jika tidak melakukan Tutup Poin.
3.      Nilai Tutup Poin pada tahap awal bergabung dengan bisnis MLM biasanya jauh lebih besar dari bonusnya itu sendiri
4.      Tutup Poin mengakibatkan anggota bisnis MLM  terpaksa menjadi seorang salesman untuk meminimalkan kerugian akibat kebijakan belanja ulang yang dipaksakan.
Belanja ulang dijadikan syarat untuk memperoleh bonus dengan alasan apapun merupakan ketidakadilan bagi peserta bisnis MLM. Sebenarnya syarat untuk memperoleh bonus adalah anggota bekerja dan memberikan omzet. Namun kenyataannya selama kurang lebih dua puluh lima tahun sistem MLM di Indonesia membuat aturan Tutup Poin menjadi sebuah keharusan dan kebenaran padahal faktanya aturan ini merupakan ketidakadilan bagi seluruh anggota.
Benar bahwa semua anggota MLM haruslah menjadi konsumen dan wajah dari produk-produk MLM yang diikutinya dengan selalu melakukan belanja ulang produk. Tetapi belanja ulang haruslah dilakukan dengan aturan yang manusiawi dan benar dimana belanja ulang dilakukan anggota setelah anggota memperoleh bonus dan nilai keharusan belanja ulang anggota harus lebih kecil dari bonus anggota.
Dengan demikian maka kondisi keuangan peserta bisnis MLM tetap sehat karena arus kas-nya selalu positif atau minimal nol. Namun tidak akan pernah negatif atau defisit (pengeluaran lebih besar dari penghasilan) 
Saran:
Jangan bergabung dengan sebuah perusahan MLM yang menetapkan aturan belanja ulang (tutup poin) sebagai syarat untuk memperoleh bonus.

C. Jenis Bonus Yang Banyak Dan Perhitungan Bonus Yang Terlalu Rumit
Perusahaan MLM sangat senang menciptakan banyak jenis bonus dan dengan perhitungan yang sangat rumit. Jenis bonus yang banyak di perusahaan MLM tidak berhubungan dengan besar kecilnya bonus-bonus anggota. Karena sebenarnya besar kecilnya bonus anggota bisnis MLM tergantung dari persentase bonus yang diperoleh anggota dibandingkan dengan omzet anggota bersangkutan.
Perhitungan bonus yang rumit dengan banyaknya parameter perhitungan seperti: Nilai Poin Produk, Persentase Peringkat, Perhitungan Jumlah Poin Grup Frontline, Perhitungan Tutup Poin Pribadi, Perhitungan Tutup Poin Seluruh Jaringan, Perhitungan Total Omzet Perusahaan dll, akan membuat anggota tidak mampu menghitung bonusnya sendiri sebelum diberitahu oleh perusahan hal ini akan mengakibatkan kurang transparan dalam perhitungan bonus anggota dan kontrol biaya dalam upaya membangun jaringan.
     Banyaknya jenis bonus dan sulitnya perhitungan bonus di perusahaan MLM adalah merupakan salah satu faktor kegagalan anggota MLM, perhatikan fakta berikut:
1.      Semakin banyak jenis bonus dan semakin sulit perhitungan bonus akan semakin membuka peluang perusahaan MLM untuk menetapkan syarat-syarat yang tidak diketahui anggota.
2.      Semakin banyak jenis dan sulitnya perhitungan bonus akan menyebabkan setiap anggota kesulitan mengetahui total nilai bonus sebelum memperoleh statement bonus dari perusahaan
3.      Semakin banyak jenis bonus dan sulit perhitungan bonus akan semakin menyulitkan anggota melakukan presentasi
Sebenarnya anggota seharusnya memperoleh bonus jika memberikan omzet. Ada tiga jenis omzet yang diberikan oleh anggota kepada perusahaan multilevel marketing yang berarti hanya ada tiga jenis bonus:
1.      Anggota mengajak orang lain menjadj konsumen produk multilevel marketing, dimana yang diajak membeli produk dari perusahaan MLM. Bonus ini sering kita sebut dengan bonus mengajak (sponsoring)
2.      Anggota mengajarkan dan membina jaringan (downline) agar mampu mengajak orang lain sehingga membeli produk perusahaan MLM. Bonus ini disebut dengan bonus perkembangan jaringan atau bonus kepemimpinan
3.      Anggota dan seluruh jaringannya melakukan belanja ulang. Bonus ini disebut dengan bonus belanja ulang
 Jika anggota mampu menjual produk secara langsung kepada masyarakat dan anggota memperoleh keuntungan dari penjualan tersebut sebenarnya itu bukanlah bonus, karena di semua sistem penjualan akan memperoleh keuntungan jika mampu menjual secara langsung produk

Saran :
Semakin sederhana jenis dan perhrtungan bonus maka semakin mudah bagi anggota melakukan kontroling dan tidak merasa tertipu dengan syarat syarat akan diketahui setelah menjalankan bisnis MLM.

3. BERGABUNG DENGAN PERUSAHAAN MONEY GAME
Perusahaan money game adalah sebuah perusahaan pembohong yang akan merugikan baik anggotanya dan seluruh masyarakat, karena tidak memperoleh produk senilai uang yang telah disetorkan oleh anggota bersangkutan. Setiap anggota yang bergabung dengan perusahaan multilevel marketing tidak boleh dirugikan karena telah memperoleh produk senilai uang yang telah diberikan anggota.
Beberapa hal mengenai perusahaan money game
  1. Perusahaan money game pasti merugikan semua anggota dan tutup dalam waktu tidak lama.
  2. Pertanggungjawaban uang dan moral kepada setiap orang yang bergabung ada pada anggota yang mengajak ke perusahaan money game, dimana keuntungannya tidak sebanding dengan resikonya dan beban moral.
  3. Laporkan ke aparat kepolisian jika melihat perusahaan money game

Saran:
Jangan pernah bergabung dan menjadi anggota perusahaan money game.
4. MENGIKUTI AJAKAN PETUALANG-PETUALANG MLM
Untuk sukses di bisnis MLM. salah satu hal terpenting adalah harus memiliki pemimpin (leader) yang bertanggung jawab, memiliki integritas, memiliki kejujuran, memiliki komitmen untuk membawa seluruh jaringannya ke puncak kesuksesan tanpa mengorbankan downline-nya dengan alasan-alasan yang tidak realistis.
Saat ini sangat banyak petualang-petualang bisnis MLM di Indonesia yang selalu mengaku sebagai seorang pelaku bisnis yang handal serta berpengalaman padahal belum pernah sukses dalam menjalankan bisnis MLM, justru sebenarnya selalu menjadi objek perusahaan MLM.
Pelaku-pelaku petualang ini tidak segan-segan mengajak calon anggota untuk bergabung di perusahaan money game atau berusaha memindahkan jaringan anggota ke perusahaan MLM yang lebih jelek dibandingkan MLM sebelumnya dengan berbagai alasan yang tidak bermoral demi kepentingan sendiri.
Anggota dan calon anggota harus hati-hati dengan petualang-petualang bisnis MLM semacam ini.
Ciri ciri petualang MLM
1.      Selalu berganti ganti perusahaan tanpa alasan yang jelas dan berbicara negatif tentang perusahaan sebelumnya
2.      Selalu mengaku pelaku bisnis MLM yang berpengalaman karena sering berpindah perusahaan MLM. Padahal sebenranya dia belum pernah sukses dan hanya sebagai korban dan objek perusahaan
3.      Mengorbankan seluruh jaringannya demi kepentingan pribadi dengan memberikan iming-iming kepada calon anggota.

Saran: Hati-hati dengan petualang petualang MLM dan jangan pernah mau diajak untuk menjadi downlinenya. 

Tidak ada komentar: