Sebagai orang tua kita harus memberikan pemahaman kepada anak bahwa cinta dan kasih sayang tidak selalu diwujudkan dengan memberikan apa pun yang diminta. Tidak! Cinta dan kasih sayang diwujudkan dengan memberikan yang dibutuhkan anak bukan yang diinginkan anak. Ini sangat berbeda. Maka kebutuhan anak selalu dipenuhi berdasarkan nikmat Tuhan bukan nikmat dunia.
Seorang anak remaja perlu mencari identitas mereka bukan dengan omongan kosong. Mereka perlu menggali kemampuan dan skill yang telah diberikan Sang Pencipta! Jika tidak demikian, ia akan menjual kekayaan orang tua mereka.
Sudah bukan jamannya menyombongkan dan berbangga dengan fasilitas orang tua. Sebaliknya, bersyukurlah jika lahir di keluarga yang mampu. Dan gunakan anugerah itu dengan bertanggung jawab. Pakai guna masa depan yang nantinya bisa memberikan arti bagi orang lain. Berhenti melihat anak-anak lainnya yang memiliki ini dan itu. Ingat bahwa selalu ada langit di atas langit. Jika mata kita selalu melihat ke atas, kita akan tersandung. Lihatlah ke bawah dan Anda bisa bersyukur dengan apa yang ada padamu.
Ini menjadi pelajaran. Hati-hati, Jika anak mulai mencintai pemberian orang tua lebih daripada orang tua mereka sendiri. Karena ada tertulis: ‘di mana hartamu, di situ hatimu!’. Harta bisa membawa kehancuran jika tidak diawali dengan hati yang benar!’
Sebaik dan sejenius apa pun metode pendidikan kita di rumah, tidak akan menjamin anak-anak kita tidak berbuat kesalahan. Tentu ada derajat kesalahan. Beberapa orang tua bilang, "Yang penting jangan narkoba deh, kalau pacar-pacaran sih boleh-boleh saja...." Memang di lingkungan kita pasti akan ada sanksi sosial. Dan tanpa membaca kitab undang-undang pun, kita tahu bahwa ada tingkatan dosa. Tapi apa pun itu bentuknya, tetap saja namanya kesalahan. Dan seorang anak perlu mengerti apa itu kesalahan.
Kadang kita orang tua kurang melakukan hal itu. Mengapa? Karena hukuman yang kita berikan semata karena emosi kita. Karena ada hal yang menganggu kenyamanan kita. Entah itu suara bising, entah itu karena anak tidak nurut, dan lainnya. Yang pasti bukan untuk kebaikan anak-anak kita. Tidak cukup penjelasan. Anak juga perlu untuk tahu bahwa setiap kesalahan yang terjadi, maka pintu maaf pasti akan diberikan.
Mengapa anak-anak kemudian menjadi liar di jalanan? Salah satu penyebabnya adalah karena mereka ‘takut’ untuk kembali ke rumah. Anak-anak merasa lebih baik melampiaskan kekesalan dan perasaan bersalah mereka di luar. Dengan teman-teman yang juga mengalami hal yang sama. Rumah tidak lagi menjadi tempat untuk mereka mengadu. Rumah tidak lagi membuka pintu untuk maaf.
Semoga kita semua bisa mengambil pelajar dan bisa menjadi orang tua yang lebih bijak lagi bagi anak-anak kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar