Seringkali kita banyak tahu masalah dalam keluarga yang begitu kompleksnya, jangankan mengkomunikasikan cinta. Berkomunikasi saja terkadang tidak nyambung. Mengkomunikasikan cinta yang satu ini akan sangat mudah bagi kita semua, jadi jangan kuatir, karena ini sangatlah sederhana.
Ada satu pertanyaan mendasar yang ada disetiap kepala seorang anak. Pertanyaan itu adalah “apakah saya dicintai?”. Dan pertanyaan yang sama juga berada dikepala tiap pasangan suami–istri yang terkadang membayangi kala bahtera rumah tangga sedang ada goncangan.
Pertanyaan ini selalu dibawa dan tersimpan di memori bawah sadar manusia. Dan jika kita dapat menjawab serta memenuhi kebutuhan cintanya (keluarga, pasangan dan anak), maka ini adalah bahan bakar utama untuk mencapai sukses besar dari tiap insan manusia. Yah, cinta adalah bahan bakar utama untuk mencapai prestasi tertinggi. Jadi saat ini kita akan belajar bagaimana menumbuhkan sikap percaya diri dan motivasi dari dalam hanya dengan memenuhi kebutuhan cinta seseorang. Sehingga oleh rekan saya Bpk. Ariesandi. C.ht, untuk mempermudah hal ini maka beliau sering menganalogikan dengan sebutan Tangki Cinta, yang juga akan kita bahas bersama.
Seringkali saya menjumpai orangtua mengatakan bahwa ia selalu memerhatikan anaknya dan menemani anaknya belajar ataupun bermain. “Setiap kali saya pulang kerja saya selalu menyempatkan diri menemani anak saya belajar dan setelah itu makan malam dan ngobrol sejenak. Tapi mengapa dia masih merasa jauh ya dari saya?” demikian salah satu keluhan dari beberapa orangtua.
Cobalah perhatikan apakah saat menemani anak-anak kita fokus pada mereka atau hanya sekedar menemani saja. Ingat ada perbedaan yang sangat besar antara kedekatan fisik dan kedekatan emosional. Jika anak kita belajar lalu kita menunggui di sebelahnya sambil membaca koran atau mengetik di komputer maka ini baru kedekatan fisik. Atau kita menunggui anak sambil memasak di dapur sembari sesekali menengoknya maka ini juga baru kedekatan fisik Dan si anak akan tetap merasa jauh. Akibatnya anak akan berusaha mencari cara agar ia dapat memperoleh perhatian kita (baca: cinta) yang mereka. Cara-cara yang ditampilkan anak inilah yang sering kita namani “nakal” atau “tidak mau menurut” atau “susah diatur” atau “emosional” atau “tak punya motivasi” atau “tak punya percaya diri” dan lain sebagainya
Jadi bagaimana membangun kedekatan emosional dengan anak-anak dan pasangan kita?
- Lakukan kontak mata saat sedang berbicara dengan anak ataupun pasangan anda.
- Lakukan kontak fisik saat sedang berkomunikasi dengan anak ataupun pasangan anda. Sentuh tangannya, bahunya, belai rambutnya ataupun tepuk bahunya.
- Fokus pada anak atau pasangan saat berkomunikasi. Jangan sambil bertelepon, memasak, membaca koran ataupun mengerjakan sesuatu yang lain. Kita sendiri akan merasa kurang dihargai saat berbicara dengan seseorang dan orang tersebut menelepon, bukan? Demikian juga dengan anak kita!
Lakukan hal ini secara konsisten kepada pasangan dan anak kita, maka kedekatan emosi dan perasaan cinta kita akan tersampaikan dengan mudah dan menyenangkan, serta diterima dengan perasaan yang positif. Dan inilah cara agar kita mampu membuat anak dan pasangan kita nyaman secara emosional dengan kita. hanya melakukan 3 langkah diatas kita sudah mampu membuat anak dan pasangan kita merasa nyaman serta dimengerti. Ingat bukan kah setiap insan manusia punya kebutuhan untuk di mengerti? Lakukan itu serta kita mulai dari rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar